Implementasi MBG Kantongo Setifikat Laik Higine Baru 20%

Tantangan Implementasi Program Makanan Bergizi Gratis (MBG): Baru 19,7% Dapur Umum Kantongi Sertifikasi Higiene

Intisari Berita (The Critical Challenge)

Pemerintah tengah mempercepat implementasi Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pasca-diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) 115 Tahun 2025. Tantangan terbesar yang mengemuka dalam rapat perdana yang dipimpin oleh Menko Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) adalah masalah standar kualitas dan keamanan pangan. Dari sekitar 16.300 Dapur Umum atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang aktif, baru 3.223 (sekitar 19,7%) yang telah mengantongi Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS). Pemerintah kini fokus mengebut penerbitan 13 peraturan turunan Perpres dan percepatan sertifikasi agar program dapat menjangkau 82,9 juta penerima manfaat pada Maret mendatang.

Implementasi


Kick-Off Implementasi Perpres 115 Tahun 2025

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), memimpin rapat perdana untuk membahas tata kelola dan implementasi Program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Rapat ini dilaksanakan menyusul disahkannya Peraturan Presiden (Perpres) 115 Tahun 2025 tentang tata kelola penyelenggaraan program MBG oleh Presiden pada 17 November 2025.

Zulhas menekankan bahwa percepatan aspek teknis menjadi kunci, terutama agar program ini dapat mulai menjangkau puluhan juta penerima manfaat pada bulan Maret mendatang.

Fokus Percepatan Teknis:

  1. Regulasi Turunan: Penyelesaian 13 peraturan turunan, termasuk Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menko Pangan.

  2. Jangkauan 3T: Percepatan implementasi di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).

  3. Kualitas SDM: Pemenuhan kebutuhan tenaga ahli gizi.

  4. Sertifikasi Kualitas: Percepatan Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS).


Ancaman Kualitas: Rendahnya Sertifikasi Dapur Umum

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, membenarkan bahwa isu kualitas dan keamanan pangan menjadi tantangan terbesar. Angka ketersediaan Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS) pada Dapur Umum (SPPG) masih sangat rendah, mengancam standar kesehatan pangan yang seharusnya menjadi fokus utama program gizi.

Metrik SPPG Jumlah Persentase Tersertifikasi
Total SPPG Aktif $\approx 16.300$ $100\%$
SPPG Tersertifikasi SLHS $3.223$ $\approx 19,7\%$

Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari 80% dapur umum yang akan memasok makanan untuk jutaan anak-anak dan masyarakat rentan belum memenuhi standar layak higiene dan sanitasi yang ditetapkan pemerintah.

“Sekarang baru ada 3.223 SPPG (yang kantongi SLHS). Ya dari total aktif 16.300 SPPG,” ungkap Dadan, menggarisbawahi urgensi percepatan sertifikasi.


Upaya Pemerintah: Mengejar Target dan Memastikan Keamanan

Pemerintah, melalui koordinasi Menko Pangan dan BGN, kini menempatkan percepatan SLHS sebagai prioritas utama. Penambahan tenaga ahli gizi juga vital untuk memastikan makanan yang disajikan tidak hanya higienis tetapi juga memenuhi nilai gizi yang ditetapkan.

Target Utama (Maret): Mampu menjangkau 82,9 juta penerima manfaat dengan kualitas layanan yang baik.

Penyelesaian 13 aturan turunan Perpres juga harus dikebut agar tata kelola anggaran dan pelaksanaan di lapangan memiliki payung hukum yang kuat dan transparan, membangun kepercayaan publik terhadap akuntabilitas program masif ini.


Kesimpulan

Implementasi Program MBG menghadapi ujian berat dalam hal kualitas dan standar pangan. Keputusan pemerintah untuk mengedepankan percepatan Sertifikasi SLHS menunjukkan komitmen untuk tidak mengorbankan keamanan demi kecepatan. Keberhasilan mencapai target 82,9 juta penerima manfaat pada Maret akan sangat bergantung. Hal ini pada seberapa cepat pemerintah dapat menyelesaikan kerangka regulasi dan menaikkan persentase dapur umum yang layak higiene.

slot online

gmcog.online

Tags:

Purbaya Diam-Diam Tempatkan Dana Rp 1 T Ke Bank DKI

Purbaya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus menggeber upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional melalui penempatan dana pemerintah ke sektor perbankan. Terbaru, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa telah mengucurkan tambahan dana Rp 76 triliun yang bersumber dari uang menganggur pemerintah di Bank Indonesia (BI).

purbaya uang

Suntikan Purbaya dana segar ini disebar ke sejumlah bank besar milik negara yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) DKI Jakarta atau Bank Jakarta. Langkah ini diambil untuk menjaga momentum dan mendorong pertumbuhan kredit yang lebih cepat dalam jangka pendek.

Rincian Penempatan Dana Tambahan

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu, mengungkapkan rincian alokasi dana tambahan yang mulai dikucurkan pada 10 November 2025, antara lain:

  • Bank Mandiri: Rp 25 triliun

  • BRI: Rp 25 triliun

  • BNI: Rp 25 triliun

  • BPD DKI Jakarta (Bank Jakarta): Rp 1 triliun

“Penempatan Purbaya dana ini masih dalam rangka untuk menggerakkan pertumbuhan kredit, guna mendorong pertumbuhan ekonomi Purbaya lebih cepat dalam jangka pendek,” jelas Febrio dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (17/11/2025).

Menurut Febrio, tujuan utama dari strategi ini adalah memastikan sektor riil bergerak. Dengan cost of fund yang lebih rendah bagi perbankan, penyaluran kredit diharapkan dapat terjadi lebih cepat dan masif.

Total Dana Menganggur Pemerintah di Perbankan Capai Rp 276 Triliun

Dengan tambahan terbaru ini, total dana menganggur pemerintah dari BI yang telah ditempatkan ke perbankan kini mencapai Rp 276 triliun. Angka ini mencakup penempatan awal senilai Rp 200 triliun yang telah diberikan kepada lima bank Himbara sejak 12 September 2025.

Penyerapan Kredit Cepat dan Efektif:

Febrio juga memaparkan bahwa penyerapan dana tahap pertama sebesar Rp 200 triliun telah berjalan efektif. Hingga 22 Oktober 2025, realisasi penyaluran kredit oleh lima bank Himbara telah mencapai Rp 167,7 triliun, atau setara 84% dari total dana yang ditempatkan, hanya dalam waktu sekitar lima minggu.

Febrio merinci bahwa dua bank, Bank Mandiri dan BRI, telah memanfaatkan seluruh porsi dana yang mereka terima (masing-masing Rp 55 triliun) untuk penyaluran kredit, mencapai 100% realisasi.

  • Bank Mandiri: 100% (dari Rp 55 triliun)

  • BRI: 100% (dari Rp 55 triliun)

  • BNI: 68% (Rp 37,4 triliun dari Rp 55 triliun)

  • BTN: 41% (Rp 10,3 triliun dari Rp 25 triliun)

  • BSI: 99% (Rp 9,9 triliun dari Rp 10 triliun)

 Kunci Keberhasilan: Bunga Penempatan yang Rendah

Keberhasilan penyerapan yang tinggi ini didorong oleh bunga penempatan yang kompetitif. Febrio menjelaskan bahwa dana tersebut ditempatkan dengan biaya yang lebih rendah dibanding cost of fund perbankan pada umumnya.

“Kita tempatkan sesuai dengan bunga penempatan kita di Bank Indonesia 3,8%,” papar Febrio. Bunga yang rendah ini memberikan insentif kuat bagi bank untuk segera menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk kredit, sehingga mempercepat dampak positif pada aktivitas ekonomi masyarakat dan dunia usaha.


Pokok Pembahasan (Headline & Struktur SEO)

Berikut adalah poin-poin utama yang dapat dijadikan pedoman SEO dan outline artikel:

  1. Menkeu Suntik Dana Rp 76 Triliun: Fokus pada besaran dana dan pejabat yang mengumumkan.

  2. Tujuan Percepatan Kredit: Menekankan tujuan utama kebijakan untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi jangka pendek.

  3. Rincian Alokasi Dana: Membahas bank penerima dana (Mandiri, BRI, BNI, BPD DKI) dan porsinya.

  4. Total Penempatan Dana Pemerintah: Menghitung akumulasi total penempatan dana ($Rp\ 276\ triliun$).

  5. Realisasi Penyerapan Kredit Himbara: Memaparkan data keberhasilan penyerapan dana tahap pertama ($Rp\ 200\ triliun$) dan rincian per bank.

  6. Insentif Bunga Rendah: Menjelaskan faktor pendorong penyerapan yang cepat (bunga $3,8\%$).


Intisari Berita (Key Takeaways untuk Pembaca)

  • Pemerintah Tambah Dana Kredit: Menkeu Purbaya menyuntikkan tambahan dana Rp 76 triliun ke Himbara (Mandiri, BRI, BNI) dan BPD DKI Jakarta.

  • Dorong Pertumbuhan Ekonomi: Penempatan dana ini bertujuan utama untuk menurunkan cost of fund perbankan, yang pada gilirannya akan mempercepat penyaluran kredit dan menggerakkan sektor riil.

  • Total Dana Besar: Hingga kini, total dana menganggur pemerintah yang sudah ditempatkan di perbankan mencapai Rp 276 triliun.

  • Penyerapan Cepat: Penyerapan dana tahap sebelumnya ($Rp\ 200\ triliun$) sudah mencapai $84\%$ ($Rp\ 167,7\ triliun$) per 22 Oktober, menunjukkan efektivitas kebijakan ini.

kadobet

globaldefenceforum.com